
Memaknai Hari Paskah

Semua berakhir di kayu salib Foto: Kimber Shaw/Flickr
Adalah Hari kemenangan bagi umat manusia, yang mana telah di menangkan oleh Yesus Kristus, oleh karena salib-Nya, yang menjadi satu-satunya tanggungan terberat dan besar. Semua karena cinta dan kasih karunia-Nya kepada kita, Ia rela tanggung dan menderita, dicambuk dan di paku bahkan mati diatas kayu salib. Darah yang bercucuran dari tubuh yang suci itu, turun ke tanah. Ia telah membuktikannya bahwa sejatinya Ia sangat mencintai kita. Adakah di antara kita yang mampu untuk melakukan itu demi orang? Tidak. Tak ada, yang dapat melakukannya, selain putra Allah yaitu Yesus Kristus. Ia adalah anak Tunggal Allah, kita manusia sebagai anak angkat Allah. Dia menderita untuk kita para pembuat dosa, tetapi oleh salib-Nya kita telah di bebaskan dan jadi baru. Namun, tak seenaknya kita untuk membuat dosa lagi atau jatuh karena kita telah di angkat sekali untuk selamanya, semestinya kita tersungkur dan bersandar kembali kepada-Nya, dan biarlah penderitaan-Nya itu jadi pelajaran yang berharga untuk kita renungkan dan menjadikannya sebagai pedoman supaya kita tetap bersyukur dan mengasihi Dia, seperti Allah mengasihi kita lebih dari apapun.
Efesus 5 : 1-2 “Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah”
Lagi dan lagi kita umatnya merayakan hari yang bersejarah. Dimana merenungkan penderitaannya adalah suatu cara yang dapat membuat kita sadar akan kebaikan-Nya. Memang tak mudah membangun suatu kepercayaan yang tak di lihat oleh mata. Namun, alangkah baiknya kita tetap berdoa dan bersyukur meminta penyertaan Roh kudus.
Efesus 4 : 21-24 “Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu di perbaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”
Sebab hidup di dunia ini adalah penugasan sementara. Bumi adalah area panggung persiapan dan pencobaan untuk kehidupan kita dalam kekekalan. Selain itu dapat di bandingkan dengan kekekalan, bahwa waktu kita di bumi hanyalah sekejap mata, tetapi konsekuensinya bersifat kekal.
Perbuatan dalam kehidupan sekarang adalah penentu untuk kehidupan berikutnya. Seharusnya kita “menyadari bahwa saat –saat kita masih ada dalam tubuh alami ini adalah saat-saat untuk kita masih jauh dari rumah kita di surga”. Beberapa tahun lalu ada sebuah slogan populer yang mendorong setiap orang untuk menjalani setiap hari seolah-olah itu adalah “hari pertama dari sisa hidupmu”. Sebenarnya akan lebih bijaksana untuk menjalani setiap hari seolah-olah itu adalah hari terakhir dari kehidupan. Matthew henry berkata, “Seharusnya setiap hari kita bersiap-siap untuk hari terakhir kita”
Selamat Jumaat Agung dan menyongsong Paskah. Tuhan memberkati kita sekalian. Koyao