Sabtu di Kebun

“Berkebunlah seolah-olah anda akan hidup selamanya” Thomas Moore

Hari ini sekitar pukul 07:22, tidak seperti biasa saya bagun dari tidur agak tempo. Saya keluar dari kamar lalu menimbah air mineral, tidak seperti biasa yang menyeduh kopi dan masuk pada ruangan tempat dimana saya bekerja sekalian tempat menuangkan segala rasa yang pernah ada, juga yang akan ada. Tentunya, hal pertama yang saya lakukan adalah membuka lebtop lalu menyambungkan bluetooth pada speaker lalu memutar lagu, kali ini saya memilih lagu country slow barat. Biasanya di pagi hari saya suka memutar lagu bergenre folk yang dinyanyikan oleh Ikshan Skuter salah satu artis kesukaan saya dan tak lupa Mambesak vocal grup dari Papua, yang sering menyanyikan lagu tentang perjuangan pokoknya semua menyangkut dengan rasa.

Perjalanan

Tidak lama kemudian mama saya tanpa mengetuk pintu dia masuk lalu mengajak saya ke kebun sekedar mengecek lokasi katanya, saya pun langsung mengiyakan, berdiri dari bangku dan siap. Kami memakai kendaraan beroda dua. Ternyata dia sudah siap lebih dulu dengan menaruh bibit daun ubi di atas motor. Mama saya yang mengemudi, setelah lepas dari rumah di pertengahaan jalan kami pun singgah di Waharia, untuk membeli sarapan, saya turun dan membungkus nasi. Setelah itu, sebelum naik motor, Ko sudah rokok beli ka? Tanya mama, belum nanti di dekat kebun saja jawab saya. Soal pengertian pasti setiap mama sama, apalagi kepada anak pertamanya, bukan. Dengan perlahan kami meluju menuju kebun di Kimi. Sesampai di Kimi mama meminggirkan motor dan bilang beli rokok di sebelah situ sudah, saya kemudian turun lalu menyeberang hendak membeli sebungkus rokok, setahu saya hanya 25 ribu dalam sak celana, setelah masuk dan tanya perihal rokok surya 16 eh tau-tau harganya 26 ribu penjualnya bilang harga sudah naik setelah melihat wajah saya yang agak heran, karena sudah malas untuk singgah lagi sebab barang bawaan banyak yakni bibit sayur ubi, saya kembali memerikasa sak celana dengan perlahan-lahan, eh syukur ada 2 ribu yang terselip di dalam sak. saya pun beli dan kami berdua lanjut.

Kebun

Sesampainya dikebun sebelum menurunkan barang bawaan kami langsung di sambut dengan sapaan “Selamat pagi” dari salah satu orang yang mama percayakan untuk tinggal di sebuah pondak yang berpanggung. Dia berasal dari Tanah Toraja merantau jauh-jauh ke sini, kami sebut dia om antoh, mungkin om adalah panggilan yang akrab dan paling cocok. Sebab terlepas dari itu benar juga karena mama lebih dulu mengenal dia dan beberapa orang Toraja yang tinggal sebagai tetangga di sini (Kimi) dan itu kami anggap sebagai om.  Sedari pagi hari beliau memberi makan ayam sekaligus persiapkan ayam jagonya, sebab akhir-akhir ini mereka membikin pertarungan aduh ayam persis di sebelah pondok kami. Hampir setiap hari. Dan pada hari sabtu dan minggu adalah pertarungan yang paling sengit dengan penonton atau orang yang hendak mempertaruhkan ayam, dan banyak yang akan berdatangan, kata om antoh.

Adik-adik saya kadang ke sana (Kimi) untuk tangih uang palang bagi yang hendak masuk, ada yang berpikir kenapa harus di palang, saya anggap hal itu wajar karena jembatan untuk menghubungkan jalan ke lokasi tempat pertarungan ayam itu adalah usaha dari mama saya yang sedari dulu membikin dengan memakai uang pribadinya.

Tidak hanya orang Toraja disana ada juga orang Bugis, Batak dan lainnya yang gemar dengan pertarungan ayam jago atau kasarnya pertaruhan judi. Judi memang, sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian orang dan tentu untuk melarangnya tidaklah mudah, sebab keamaan mereka sangatlah kuat.  Sama persis dengan penjualan minuman beralkohol dan judi lainnya. Terutama di Papua sini.

Bekerja sembari Basa-basi

Saya dan mama mulai masuk ke kebun tempat dimana kami akan bekerja. Saya membawa bibit dan bungkusan sarapan. Kami mulai dengan berdoa yang di pimpin mama, kami lalu sarapan sehabis sarapan saya memilih untuk melihat-lihat lokasi kebun dan membiarkan mama membersihkan sedikit tempat sebelum kami mencangkul dan menanam beberapa jenis bibit yang mama bawa.

Sekembalinya saya dari pantau-memantau layaknya pengawasan, saya mengambil alat cangkul lalu mencangkul dan mama mulai masukan bibit-bibit sayur ubi-ubian itu. Sembari masukan bibit, saya bilang ke mama memangnya harus berpasangan ka, iya biar mereka bisa kawin satu sama lain dan menghasilkan ubi, sama halnya dengan manusia juga kan, dengan Bahasa yang senda garau saya dan mama pun tertawa, mama tunjuk kearah sayur yang sudah dia tanam dan bilang itu bibit ubi dari Jakarta dua tahun lalu yang mama bawa, Ko masih ingat ka ? Tanya mama, oh iya betul jawab saya dengan heran. Katanya, waktu itu dia tanam dan tunasnya sudah dia tanam dan itu sebagiannya.

Adapula yang diceritakan. Pokoknya banyak, dia orangnya memang suka bicara. Saya yang suka dengan mendengar atau lebih tepatnya pendiam. Eh mungkin begitu. Dia mulai menanyakan perihal orang yang sedang saya dekati, dan hal itu paling sering dia tanyakan, saya memilih diam tidak meresponnya, dia yang melihat saya lalu memilih untuk membicarakan hal lain, kali ini dia menceritakan kehidupan orang tuanya ; bapanya yang adalah (tete) saya, tentang kehidupan dulu yang berkecupun namun beliau (tete) mampu berpikir hal-hal jauh kedepan, layaknya orang yang berpendidikan. Ada hal yang paling mengesankan tetapi hal itu tidak akan saya tulisan disini, akan saya buat khusus besok-besok-besok.

Kerja sembari bicara. Saking asiknya tidak terasa matahari sudah berada diatas ubun-ubun kepala, menandakan hari sudah siang. Pekerjaan kami sisa setengah lagi, saya mengambil hape lalu memfoto hasil kerja. Biar kentara orang kerja ka ini. Lebih dari itu agar ada cerita yang bisa diceritakan, terutama kepada penerus saya nanti. Iyakan. Pekerjaan ini sebenarnya tidak terlalu membuang tenaga, tapi saya capeh ya maklum belum terbiasa perihal berkebun, semoga ini menjadi awal yang baik untuk saya. Berkebun ternyata asik dan menyenangkan juga hanya saja harus bisa biasakan agar terbiasa.

Duduk Sebelum Pulang

Pukul 13.14 pekerjaan kami selesai. Kami mendekati pondok, menaruh barang bawaan seperti noken atau tas rajutan yang kebanyakan mama-mama asli Papua rajut, santai sekedar menghirup udara segar di para-para yang di payungi pohon gerseng dan jeruk yang sedari dulu saya tanam. Tidak lama kemudian om antoh dan kawannya tiba dengan membawa gergaji dan martelu, katanya habis bantu membetulkan tempat pertarungan ayam, demi mendapatkan sebungkus rokok. Ini rokok tawar om antoh pada saya, jawab saya ada om makasih. Pondok yang berpanggung ukurannya tidak terlalu besar, tapi muat untuk menampung satu keluarga kecil. Saya mencuci tangan dan kaki lalu menuju ke belakang tempat kandang ayam dan babi berdiam, sekedar melihat-lihat.

Tempat di Kimi cukup bagus dan tenang, walaupun sedikit dekat dari jalan raya Samabusa, jalan yang menuju Pelabuhan juga Lagari. Lagari adalah tempatnya orang-orang tranmigrasi. Disana banyak orang transmigrasi salah satunya orang-orang NTT bekas jajahan Portugis kala itu.

Kami berempat duduk basa-basi agak lama, sembari basa-basi kawan dari om antoh mengeluarkan sebotol minuman (Vodka), sepertinya itu juga hadiah dari keringat mereka yang tadi dan setelah melihatnya beberapa menit kemudian mama mengajak saya untuk pulang dan kami dua mulai bergegas. Entah kenapa? Mungkin sudah selayaknya kami pulang. Kali ini untuk pulang saya yang memboncengi mama.

Tanah tentunya setiap kita punya. Jaga dan rawat mungkin akan menjadi pilihan yang tepat ketimbang jual walaupun itu mendesak setidaknya berinvestasilah dari pada melepaskan begitu saja. Gunakan tanah untuk menghidupkan!

September Kebalu

Tidak terlalu pagi. Dan tidak seperti pagi biasanya,
aku terbangun dari tidur pulas. Pikiran bawah sadar mengantarkan ku pada kesunyian yang hakiki.
Matahari yang malu-malu menampilkan sinarnya,
amarah awan menutupi membikin gelap gulita di Daerah Swis.
Rintikan hujan turun dengan perlahan membawaku pada ketenangan dan pada-Nya kita bernaung. Melemparkan segala keresahan juga kebahagiaan.

Ada yang mengharapakan dewasa,
Ada yang berkeinginan sukses,
Ada yang butuh perlindungan,
Ada yang mencari keheningan, dan

Masih banyak lagi yang merindu keinginan-keinginan ; seperti kembali menjadi kanak-kanak,
menjalankan aktifitas sesuka hati, mungkin itu menjadi keinginanku sekarang.

Aku tak mau terganggu, aku hanya mau melakukan hal-hal menyenangkan selain membayangkan kita berpelukan.

Seandainya. aku bisa, sekedar untuk menikmati,
sebab hanya dengan hal-hal demikian aku merasa aman juga damai.

Seperti burung yang berterbangan,
mencari makan sendiri dengan segala kebebasannya, yang tak dibatasi.
Aku pun ingin menjadi ; layaknya burung-burung itu.
Pergi, tanpa apapun dengan pemikiran sendiri berlari menuangkan segalanya.

Sementara, dilemari dan diruang itu,
engkau terus menjaga barang-barang kesayanganmu keluarga besar alat-alatelektronik,
berpasang cangkir yang tak mengenal teh dan kopi,
bedak lipstik dan teman-temannya yang menempel pada media kertas,
rambut palsu yang ada di wanita,
juga kalender yang berisi lingkaran berwarna,
dan utopia rencana keluar kerja – aku sampai di lautan direncanakan.

Burung-burung belibis tiba-tiba menjadi berani dan tidak mau lari,
matahari turun tapi tak pernah tengelam, dan aku duduk
di pinggir pantai memutar gelas seorang diri. Tentu dengan rasa yang sama.
dalam kensendirian. Tidak bisa menahan jatuh cinta.

“Aku cinta padamu” kataku.
“Aku tidak cinta pada apapun. pada diriku sendiri.” katamu.

Ukelele terletak. Tapi nyayianmu terus mengalun dan tak berkesudahan. Langit mulai gelap.
Burung-burung berhamburan.
Kamu mengajakku untuk mengejarnya dan berharap tak pernah dapat.

Aku pergi ke bandara dengan bahaya ; membawa lautan ke udara. Dan aku masih asik di dalam kesendirian, akh.

Mengisap rokok sembari menyeruput sebotol minuman dengan perlahan dalam lautan kebisuan.

Foto by : Ankey

Kebenaran itu sunyi, maka ku memilih untuk matikan lebtop, hape dan bermain ke lautan
ke tengah rimba yang banyak puncak gunung
kau minta aku pulang dan menjaga-jaga kehidupan
kenapa tidak langit? kenapa tidak gunung? kenapa tidak lautan?
mengapa tidak raja hutan atau penguasa samudera?
kenapa aku? kenapa tidak kau sendiri?
Hari ini aku menolak segala ucapan selamat tentang hidup yang terulang,
ku kunci pintu kamar menghadapi semesta, tapi doa-doa itu sembunyi di balik ibu.
Para karib dan orang-orang yang menyayangi, menangis dan tersenyum atas resiko
senda garauku, aku merasakan itu. Dengan hati-hati, Tuhan,
aku anakmu dan tahu ; Puncak segala keindahan adalah menjadi Tua.

******

Dan supaya tetap teringat, ku mengangkat gelas kearah langit walau kehilangan musim penghujan tapi surga sudah aku simpan di tutup botol paling menyala.

September mungkin akan selalu kelabu,
Dengan berbagai kebenaran yang bisu,
Agaknya, ketidak-nyamanan akan berlalu,
sebelum ajal datang bertamu.

Nabire, 06 September 2021

Rumah itu Kita, Kita adalah Rumah

Rumah bukan sekadar tempat tinggalmu, namun tempat di mana sebuah keluarga (masyarakat) bisa lebih mengenal dan memahamimu.

Ini hanya Ilusi. Tetapi saya sangat mengharapkan bisa menjadi kenyataan. Semua tentang sebuah rumah. Tempat di mana semua makhluk ciptaan Tuhan yang maha kuasa, terutama Manusia yang (beretika) agar bisa duduk tenang dan diami. Setiap kita yang belum memiliki rumah tentunya akan mencari cara dengan menjaring (berusaha) apapun agar bisa memenuhi hal tersebut, bukan?

Kembali ke Ilusi saya, ada sebuah rumah. Entah itu di mana? Yang pasti itu tidak asing di mata saya, mungkin juga seperti dejavu. Rumah itu boleh dibilang cukup tua, ukuran rumahnya sedang (pas-pasan). Namun di rumah itu sudah dan akan terus bertambah banyak pengunjungnya. Tidak lain, karena ada yang menarik perhatian yakni kesederhanaan juga fasilitas yang cukup memadai, walau dengan begitu halaman rumah nampaknya tidak layak, rumput tinggi, jalanan menuju rumah rusak (berlubang-lubang), seolah-olah tidak ada pemilik atau juga pengunjungnya, sangat disayangkan. Iyakan?

Renovasi ulang, merubah atau mempercantik tampilan. Memang tidak mudah, butuh waktu lama juga tenaga yang ekstra dan tidak lain; uang, untuk menuju kesana. Dan untuk mendapatkan uang saja kadang kita masih mesra bermain curung bahkan yang mengenaskan ialah nyawa manusia sekalipun kadang jadi taruhannya, hanya untuk mendapatkan seribu. Intinya dengan cara tidak sehat.

Bagi sebagian pengunjung/tamu itu hal sepele dan tidak harus, seperti halnya mengurusi; halaman rumah yang tidak terurus dan itu tidak menjadi perhatian mereka, tapi justru yang sering dipandang adalah isi dalam rumah tersebut. Makanya wajar kalau tamu yang diundang bahkan tidak sekalipun kebanyakan makan untung. Ah. Pikir mereka yang penting bisa kenyang.

Pertanyaannya sekarang: apakah tuan rumah saat melayani mereka merasa puas? Antara iya dan tidak, “cinta adalah seorang tuan rumah yang penuh kasih sayang kepada para tamunya, walaupun bagi rumahnya yang tak diharapkan merupakan sebuah khayalan dan penghinaan,” kata Khalil Gibran

Tidak sebenarnya tanpa sadar tuan rumah itu sedang dimanfaatkan dengan pola yang begitu rapi sehingga isi rumah itu dikorek sangat mudah dan itu berhasil dibawah pergi tanpa meninggalkan jejak.

Rumah itu kita. Lantas apa yang mesti kita lakukan didalam rumah sebelum menerima tamu? Tidak lain, tidak bukan kita mesti lengkapi segala perabotan rumah (pondisi kita harus kuat) hanya untuk membangun kembali dari yang telah dipandang tidak layak, menjadi lebih layak dan pantas untuk ditempati.

Di mana-mana tidak ada yang namanya tamu mengatur tuan rumah, bukan?

Yang harus kita tahu hari-hari ini ialah tamu sudah/sedang mengendalikan kita, yang mengherankan lagi adalah isi dalam rumah kita pun mereka yang lebih tahu dan itu tidak hanya sepintas tapi secara universal/detail.

Sudah seharusnya kita menjadi tuan diatas tanah sendiri dari berbagai sektor. Harapan dari ilusi saya, semoga besok yang akan terpilih sebagai Bupati Kabupaten Nabire, yang juga adalah tuan rumah, mampu untuk merangkul juga membangun/rehabilitasi rumah yang sudah mulai lapuk dimakan rayap.

Sebab Panggilan Tuhan Untuk Melayani Yang Terbuang

180526145716

Photo ilustrasi imago

 

Andy Prawira merupakan pelayan Tuhan yang melayani mereka yang terkesan terbuang. Bagi Andy, para pecandu sulit diajarkan firman, karenanya ia tidak pernah mengajarkan firman Tuhan kepada mereka. Tetapi Andy membiarkan mereka untuk mendapatkan firman dengan sendirinya, sebab ketika mendapatkan firman, kehidupannya pun akan berubah.

Disekitar kita terdapat banyak sekali isu yang terjadi. Dari setiap isu yang terjadi, apakah kita sudah ikut terjun untuk mengatasi setiap isu-isu seperti social justice, inter faith atau ideologi? Bagaimana cara kita untuk masuk dalam tengah-tengah mereka sebagaimana Yesus katakan kepada kita untuk ‘pergi, dan beritakan kabar baik sampai ke ujung dunia?

DNA orang percaya adalah pergi untuk melayani. Andy Prawira terpanggil untuk melayani di Bali. Dirinya melayani mereka yang bertato, HIV, pecandu dan lainnya. Jika ada banyak orang yang berbondong-bondong untuk mengadakan sebuah KKR, tidak bagi Andy. Kegerakan dalam pelayanannya tidak dalam dengan banyak orang, melainkan hanya kelompok-kelompok kecil yang nantinya akan membangun kelompok-kelompok kecil lagi.

Tak mudah untuk merubah sikap dan perilaku seseorang jika mengandalkan kekuatan pribadi akan sia-sia usaha tersebut. Sebaliknya yang mestinya kita lakukan adalah mengutamakan Tuhan yang adalah sumber dari setiap jawaban baik itu dalam, kelemahan, keresahan, kecemasan.

Salah satu program pelayanannya adalah program bernama peacemaker, dimana ia percaya kalau anak-anak Tuhan membawa kekuatan dari dalam yang Tuhan percayakan bahwa kita merupakan anak pembawa Shalom.

Sudah ada dalam DNA kita untuk menyejahterakan kota dan berdoa bagi kota tersebut. Ada tiga yang melingkup inti dari DNA kita, yaitu pertama Multiplication, kedua Discipleship, ketiga Relationship, dan terakhir see what the issues: drugs, HIV/AIDS, LGBT, radicalism, intolerance.

Namun dalam (2 timotius 2:2). Panggilan kita adalah menghasilkan murid yang nantinya bisa menghasilkan kembali murid. Orang banyak bertobat karena menemukan firman, bukan diajarkan iman.

Ada banyak tantangan yang sulit yang dialami saat kita mendekati pelayanan generasi. Untuk menjalani pelayanan dan kegerakan misi dari dalam gereja. Untuk menjadikan kegerakan tersebut mengalami kegerakan, kita perlu special force.

“Jadi, biarkan saja mereka, para misionaris yang membawa kegerakan special force untuk pergi dan memberitakan kabar baik. Baik itu di kolong jembatan, orang-orang terbuang, dimana pun itu, berikan mereka kebebasan dalam memenuhi panggilan pelayanannya,” tutup Andy.

 

Sumber : https://www.jawaban.com/read/article/id/2018/05/26/91/180526171003/imago_2018_%E2%80%93_exponential_dalam_satu_orang_satu_kotakobarkan_semangat_pelayananmu

 

Giat Promosikan Suku “Terbelakang”

Gallus 2005

Pastor David Gallus OSC. Sumber : http://www.crosier.org

David Gallus OSC.

Sesudah hampir seperempat abad berkaya di Asmat, ia kembali ke Amerika Serikat. Dari negerinya, ia tetap giat mempromosikan suku Asmat dengan berbagai cara. Kini ia berkarya di kalangan suku indian di kawasan Minnesota, AS.

Nama david gallus Osc, sangat punya arti dalam kehidupan kru TV Amerika CBS (Columbia Broadcasting System) bernama collin Needles. Berkat jasa pastro gullus tersebut, Needles beserta rekan sekerjanya, gary feblowits, berhasil membuat sebuah film dokumenter berdurasi 30 menit berjudul A World Away.

Tak hanya itu, Needles amat terkesan dengan perjalanannya yang berlangsung tahun 1993 itu. Ia merasa di terbangkan ke suatu dunia lain yang sangat eksotik dan seakan tak berada pada masa sekarang ini. oleh karena itu, judul dari dokumenternya adalah A World Away , yang berlokasi di suatu tempat yang bernama Asmat, Provinsi Papua.

Itu bukan kali pertama pastor gullus membawa rombongan-rombongan dari negerinya, Amerika serikat, ke Asmat. Tiap rombongan rata-rata tinggal selama dua pekan di Asmat. Dan yang berhasil di ajaknya bukanlah orang-orang sembarangan. Ia pernah mengajak Cargil Macmillan, pemilik perusahaan agrobisnis terbesar di AS, Cargil Company, dan juga miliuner asal Minneapolis, Topsy Simonson.

Bagi pastor gullus, itu merupakan usaha untuk memperkenalkan kehidupan serta seni patung Asmat kepada dunia luar. Selain itu, ia berharap rekan-rekan dapat memberikan donasi secukupnya bagi kepentingan suku Asmat.

Tak hanya sebatas berkunjung dan tekesima oleh pesona dunia baru, mereka bahkan tergabung dalam sebuah perkumpulan yang di beri nama Sago Worms Society (Masyarakat Ulat Sagu). Kegiatan mereka khususnya mempromosikan keseniaan Asmat khususnya di sepuran Minnesota. Salah satu event yang mereka gelar adalah Malam Gala dan Lelang Seni Asmat pada 20 juni 2008 lalu.

 

Komputer dan Pesawat Terbang

Kecintaan gallus pada Asmat berawal saat ia ditugaskan sebagai imam di daerah Asmat. Peristiwa ini berlangsung pada tahun 1967, saat ia masih berusia 28 tahun. Ia sendiri lahir di Minnesota, AS, pada tanggal 19 Februari 1939, dari pasangan petani George dan julia gallus. Ia berasal dari keluarga besar, karena merupakan anak keemapat dari 12 bersaudara.

Yang istimewa, penugasan ke Asmat itu dilakukan atas permintaan sendiri. Selama 24 tahun berikutnya, gallus menghabiskan hari-harinya di daerah yang tersembunyi di antara rimba raya Papua itu. Salah satu hal penting yang dihasilkannya selama berada di sana adalah membenahi administrasi keuskupan Agast/Asmat dengan sistem komputerisasi.

Ini terjadi pada tahum 1982. Jauh sebelum masyarakat indonesia mengenal komputer. “Waktu itu komputer belum terlalu umum dan tidak ada suku cadang di Asmat. Saya mengerjakan sendiri dengan bantuan buku-buku,” kenangnya.

Ketika itu daerah Asmat masih cukup terisolasi, karena hanya dapat di capai dari laut, sungai, dan udara. Tak ada jalan darat ke wilayah-wilayah sekelilinya. Peran vital oleh karena itu dilakukan maskapai penerbangan AMA (Associated Mission Aviation), karena menjadi satu-satunya layanan penerbangan dari dan ke Asmat (maskapai nasional indonesia, merpati, baru membuka rute ke Asmat pada tahun 1980-an).

AMA dibentuk memang untuk mendukung kegiatan Gereja di bidang tranportasi. Di Papua, AMA dimiliki oleh empat keuskupan, yaitu Agast/Asmat, Jayapura, Monokwari, Sorong, dan Merauke. Pada tahun 1970, gallus ditunjuk sebagai sekertaris AMA, dengan tugas sebagai Pastor poroki di Ewer, sekaligus penanggung jawab bandara Ewer/Agast.

Ia masih dipercaya sebagai perwakilan AMA sepulangnya ke AS pada tahun 1990. Pembelian Spare-part dan bahkan pesawat baru dilakukan melalui tangannya. Stastusnya sebagai warga AS dan berdomisili pula di tanah kelahiran sendiri amat memudahkan transaksi pembelian. Adapun pesawat terakhir yang dibelinya mewakili AMA adalah sebuah pesawat Cessna 185.

 

Perhatian Terhadap Suku “Terbelakang”

Terlepas dari tugas-tugasnya di bidang keagamaan dan penerbangan, ia memang memiliki perhatian yang tinggi pada suku Asmat. Yang ia paling kagumi dari keseniaan Asmat adalah spiritualitas yang terkandung di dalamnya. Dan ini amat menarik baginya, yang pernah enempuh studi antropologi di Universitas Katolik Washington DC tahun 1966/67.

Ia sangat terusik oleh pemandagan dunia luar yang kerap menganggap Asmat sebagai suku terbelakang dan oleh karena itu perlu dimanusiakan. Lebih parah lagi, aparat pemerintah dan tentara Indonesia tak membuat semuanya jadi lebih baik. Ia kerap geram pada perlakuan sewenang-wenang aparat pemerintah dan militer pada warga Asmat.

“Tentara-pada umumnya pendatang pada waktu itu amat gampang memukul penduduk atau memaksa orang untuk menebangi pohon-pohon dengan bayaran atau malah tanpa bayaran sama sekali!” ujurnya. Barangkali karena melihat perlakuan yang tidak adil itulah, timbul niat kuat di hatinya untuk mengangakt derajat suku Asmat.

Penderitaan suku Asmat mencapai punjaknya ketika Pemda setempat menuduh rumah adat Asmat sebagai sumber kejahatan, termasuk penyebab tradisi perang dan pemenggalan kepala. Gara-gara tundingan ini, banyak rumah adat Asmat di bakar. Kebiasaan mengukir yang di lakukan warga Asmat pun dihentikan.

Insiden tragis ini berlangsung antara tahun 1963/64, sebelum gallus ditugaskan ke sana. Budaya dan keseniaan Asmat oun nyaris mengalami kepunahan, untung kondisi demikian tak berkelanjutan. Salah satunya berkat dukungan gallus, benda-benda seni dari Asmat kini kembali mengemuka dan bahkan dikenal di seluruh Dunia.

Kini pastor gallus bertugas di kalangan suku indian di Onamia, Minnesota. Pada pandangannya, nasib suku Asmat mirip dengan yang dialami para indian di Amerika. Mereka dianggap tak beradab sehingga harus dimanusiakan. Secara budaya, meraka harus turun temurun dan harus megadopsi agama dan budaya kulit putih.

Hal ini memang terjadi di banyak tempat. Suku atau kelompok yang dominan kerap memaksa kelompok lain agar sama dengan mereka menganggap bahwa hanya keyakinan dan budaya merekalah yang paling benar dan harus diikuti.

Ia memang aktif pula dalam penegakan hak asasi manusia. Di wilayahnya, Miller Lac, Minnesota, pastor gallus duduk sebagai ketua Humman Rights Commision.

Contoh Teladan Gereja

Manusia hanya bisa utuh dengan budaya. Jika budaya itu dicabut dan lantas diganti, maka manusia tak lengkap lagi sebagai manusia. Bagi seorang pastor gallus, budaya apa pun seperti Asmat atau indian pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Pertemuan dengan budaya-budaya lain akan memperkaya karena saling melengkapi. Oleh karena itu, tak ada budaya apa pun yang bisa dengan semena-mena dihapus dari permukaan bumi.

Menurut pendapatnya, komunitas Gereja harus memberi teladan bahwa berbagai suku dan budaya dapat hidup harmonis dan saling mendukung. Ia yakin, gambaran Nabi Yesaya bahwa singa, serigala, kambing, dan anak manusia dapat hidup dengan damai (Yesaya 11:6-9) dapat terjadi di kalangan antarasuku yang berbeda-beda bila ada rasa hormat dan keterbukaan satu sama lain.

 

Sumber : Buku “Di bakar semangat pelayanan” oleh Heri kartono OSC

 

Perjalanan tanpa tujuan

IMG_20170604_130811
Photo by @yagu.photo

Lagi penat, pas tanpa urgensi bingung mau kemana tidak ada salahnya kalau dengan berkendara hanya modal bensin dengan tangki yang penuh, bisa jadi alternatif untuk mengisi waktu luang. Yah, walau tidak jelas tanpa arah dan tujuan tapi tak ada salahnyakan bila dicoba. Asal jangan sering-sering kenakan kendaraan. Sayang nanti trorotor khusus pejalan menangis karena sunyi tak di manjakan.

Lagi kere, di tambah lagi tak punya kendaraan. Jangan banyak pikir coba saja dengan manjakan kedua kaki untuk berjalan, lumayankan kurangi berat badan yang numpuk, selain itu dapat sehat. Bukan.

Jarang sekali orang yang berjalan kaki, padahal banyak trotoar pejalan masih sangat mulus dan bagus, yang belum tersentuh sama sekali. Paling istirahat kerja atau sholat Jumat yang akan memadai jalan-jalan sunyi itu. Hong-kong adalah anak sulung dari  salah satu Negara pejalan kaki terbanyak di dunia, sedangkan Indonesia adalah anak bungsu. Hello apa kabar indonesia ? bertanya pada zaman modern dan teknologi, yang kian dibutakan oleh konservatif.

Oups. selain itu, sebagai contoh Ibu kota DKI Jakarta dan sekitarnya. Eh apa di pinggiran Jakarta saja ya yang tidak ada trotoarnya? Apakah saya bisa katakan budaya jalan kaki ini sama dengan budaya membaca? Yang mana mayoritas orang Indonesia tidak terbiasa dengan keduanya.

Jalan tanpa tujuan adalah hal yang menarik, bukan hanya dapat di kenal tapi juga akan banyak mengenal. Seperti setiap rutinitas para warga masyarakat dengan berbagai macam aktivitas yang di lakukan, mulai dari berdagang sampai berkeliaran mencari nafkah dan lain-lain. Kenapa demikian, karena dengan begitu akan di perhadapkan dengan banyak hal yang menarik dan tak terduga.

Kamu bebas kemana saja, cuma sekedar lewat-lewat tanpa mampir pun jadi, asalkan mengabadikan tiap moment melalui sebuah (foto), biar itu sebagai bukti dari semua rasa yang dirasakan ketika itu. Boleh gunakan Kamera DSLR atau Handphone dan simpan dalam sak ingatan dan memori card.

Pergi ke tempat-tempat baru yang sama sekali belum pernah kamu kunjungi sebelumnya, hanya untuk menjelajah. Jangan ragu, Hidupkan GPS bagi yang berkendara motor, eh buat yang pake mobil juga bisa menggunakan GPS dengan handphone pintar atau smartphone. Bagi yang mengunakan kaki santai tak perlu repot-repot, jalan saja sesuka mata dan kemampuan kaki, menanyakan orang adalah GPSnya.

“Saya selalu tahu bahwa pada akhirnya saya akan mengambil jalan ini, tapi kemarin saya tidak tahu bahwa itu akan menjadi hari ini.”-Jepang Haiku

IMG_3464-02
Photo by Bmiw.yomiyo

Banyak dari tiap manusia memilih berencana sebelum berjalan, bahkan ada yang sudah merencanakan semua jauh-jauh hari. Ada pula orang yang suka berjalan tanpa berencana seperti jalan tanpa tujuan. Jangan salah, jalan tanpa tujuan ini sangat menyenangkan bila di nikmati, pergi tak tahu kemana arah yang pasti, asal dapat bahagiakan mata dan menyenangkan hati yang lagi risau pengaruh galau. Ousp, tapi itu bukan tipe saya.

Satu hal yang aku sadari, bahwa saat kita kembali, akan ada banyak pengorbanan yang terbuang, seperti sebuah langkah yang kita lewati. Namun, kadang kala, jalan kehidupan yang kita lalui, harus kita pilih sendiri dengan sebuah keyakinan diri. Karena sebuah kesempatan belum tentu hadir di tempat dan waktu yang sama.

Bukan sebuah pilihan yang tak pernah berpihak. Bukan sebuah kesempatan tak pernah hadir. Namun, sebuah keyakinan diri yang tak pernah berani tuk melangkah. Berjalan pada jarak yang jauh. Namun, tak pernah tahu waktu tuk pulang. Seperti sebuah langkah tersembunyi.

Aku tak pernah berpikir, jalan seperti apa yang telah aku tempuh. Aku berjalan pada sebuah jarak yang begitu jauh. Namun, aku tak pernah tahu, kemana arah dan tujuan itu. Aku berjalan, melewati setiap titik kehidupan. Aku tak pernah tahu, bahaya apa yang akan terjadi, akan seperti apa dan kemana arah tuk pulang, yang ku tahu saat itu, hanya satu, aku dapat menemukan arah itu.

Semakin aku berjalan dengan jarak yang jauh, tanpa aku sadari. Aku banyak melupakan berjuta tujuan yang telah aku rangkap. Awalnya, aku berpikir, sebuah jalan itu dapat menemukan sosok diriku. Namun, aku lupa, bahwa aku berjalan bukan untuk diriku sendiri.

“Ini adalah pilihan kita yang menunjukkan apa yang sebenarnya kita, lebih dari kemampuan kita.” -JK Rowling, Dari ini kita belajar bahwa pilihan jalan tanpa tujuan pun akan bermakna jika di bawa dengan kemampuan kita untuk berkarya.

Bahkan jalan tanpa tujuan juga di bayang-bayang kan kita dapat hasil Dari Melihat “Kita adalah apa yang kita bayangkan. Eksistensi kita terdiri dalam imajinasi kita tentang diri kita. Tragedi terbesar yang bisa menimpa kita adalah pergi tak terbayangkan. “-N. Scott Momaday

Dan pada akhirnya Anda akan tahu bahwa “Anda akan mengenali jalan Anda sendiri ketika Anda datang atasnya, karena Anda tiba-tiba akan memiliki semua energi dan imajinasi Anda butuhkan.” -Jerry Gillies

Hidup adalah perjalanan sementara. Sebelum sampai di titik akhir yang adalah misi setiap manusia untuk bisa menikmati tiap jengkal perjalanannya. Untuk bisa menjalani hidup dengan sebaik-baiknya, kita harus menentukan arah hidup dan menemukan maknanya. Nah, dengan itu jalan dan nikmatilah hidup serta bawa rasa syukur dalam kecapean sehingga perjalanan anda dapat berjalan dengan baik, di mana dan kapan pun itu.

Kurang dari saya, lebih dari Tuhan.

Jangan Biarkan Aku Pergi

 

IMG_20171231_175903-01.jpeg

Mulai sampai selesai Photo by @Yagu.photo

Ada begitu banyak yang Yesus sudah buat dalam hidup kita, dia korban hidup-Nya. Dia berikan berkat dan kasih-Nya, tapi begitu mudahnya kita keluar dari cinta-Nya. Tertarik pada apa yang dunia sodorkan.

Ampuni semua kesombongan ku, ampuni semua kedaginganku dan bawa aku mendekat di hadapan taktah-Mu, ampuni aku yang tak peduli akan kerinduaan di hati-Mu Tuhanku bawa aku kembali. tarikku lebih dekat lagi.

Jangan biarkan aku pergi, jangan biarkan aku berlari menjauh dari taktah kasih karunia yang Kau beri, tanamlah aku di hadirat-Mu, meteraikanku dalam hati-Mu di hadirat-Mu di hadapan-Mu di pelukan-Mu itulah hidupku.

Basuh keletihanku

Sentuh kebekuaanku

Pulihkan tubuh, jiwa, juga rohku

Habiskan kedagingganku

Mimpi-Mu, jadi mimpiku di hadapan taktah-Mu ku berseru.

 

 

Makin hari saya makin sadar, begitu mudahnya kita menjauh dari kaki Tuhan bahkan begitu mudahnya aku mengecewakan Tuhan karena itu lagu ini adalah jeritan hati kami, jeritan hati orang orang seperti kami.

Kami butuh kesetiaan

Kami butuh jaminan Tuhan

Kami butuh di paksa

Kami butuh di meteraikan

Kami butuh di tanamkan

karena kami tahu, tanpa Tuhan kami lepas dari Kasih Karunia

Panggilan-Nya yang paling luar biasa, kasih-Nya yang memuaskan, di hadirat-Nya membuat hidup kami berarti, di pelukan-Nya membuat kami sembuh, jangan lepaskan kami Tuhan. Jangan lepaskan. Tanam kami, buat kami selalu di pelukan-Mu.

Kami tahu kami tidak bisa menjamin dan menjaga hidup kami sendiri.

Jangan lepaskan kami.

Aktifitas Pagi

Pagi pagi benar sekitar 04:48 tanpa sarapan aku pergi ke sebuah tempat yang kebanyakan orang memilih untuk memulai aktivitas yaitu Lawson station, Yah di sana telah tersedia minuman dan snack atau makan ringan yang dapat di makan sebelum beraktivitas. Selain itu dapat terhubung dengan Wifi.id agar lebih mudah berkomunikasi, bagus bagi mereka yang lagi kere atau dompet lagi kosong untuk mengisi kekosongan di sana tapi sayangnya mesti ada pulsa dulu, 5000 saja sudah cukup kok, agar dapat terhubung selama 6 jam dan terhanyut dalam dunia maya atau online, oh iya sebelum itu sarapan di tempat tinggal Anda dengan sebuah gelas air hangat jauh lebih baik biar hemat.

 

image

Lawson Station

image

Air mineral Ades & kopi

Sesampai di sana aku memesan kopi dan beberapa makan ringan yakni sari gandum agar tubuh terjaga dan stabil, dan air mineral Ades. Parkiran yang masih belum ramai, hanya beberapa orang dengan kondisi diri masih kantuk mereka hendak masuk dan keluar dalam Lawson itu mungkin lupa untuk cuci muka atau mandi.

Keseringan memulai aktivitas dengan tergesa-gesa mungkin sudah jadi tradisi para pekerja di sini. Tidak heran banyak pekerja yang masih terlantar belum di terima, selain itu di sini juga sulit untuk mencari pekerja.

Sebuah pekerjaan yang di lakoni itu adalah pemberian Oleh Dia, jangan jadikan itu sebagai hal yang berharga sehingga lupa untuk mengucapkan syukur kepada-Nya.

Selamat beraktivitas. Salam

 

 

Mengerti Isi Hati Tuhan dari Film The Shack

Mengerti Isi Hati Tuhan dari Film The Shack

The Shack 2017

Dari sekian film kristen yang saya tonton mungkin Film The Shack memiliki dampak yang bagus buat saya, karena dari film tersebut membuat saya sangat terberkati. The Shack sendiri menggambarkan sebuah keluarga yang bahagia, selalu mengandalkan Tuhan dan Seorang ayah yang mencintai anak-anaknya, tetapi tidak semuanya berjalan dengan bahagia.

Ringkasan

Mack (Sam Worthington) adalah ayah yang bermasalah dengan masa lalu. Saat dalam perjalanan berkemah keluarga, anak perempuan Mack diculik saat dia menyelamatkan anaknya yang tenggelam di sungai. Polisi menyimpulkan bahwa putrinya dibunuh oleh seorang pembunuh berantai di gubuk, tapi polisi tidak menemukan tubuhnya.


Waktu berlalu, Mack menemukan sebuah catatan di kotak suratnya yang memintanya untuk kembali ke gubuk tempat anak perempuannya terbunuh. Suratnya ditandatangani oleh “Papa”, yang merupakan nama panggilan uniknya ketika menyebut Tuhan.

Mack yang curiga tidak memberi tahu siapa pun tentang catatan tersebut kecuali teman dan tetangganya, Willie (Tim McGraw), dan pergi ke gubuk sementara keluarganya pergi berlibur. Awalnya dia tidak menemukan siapa-siapa di sana, tapi seorang pria yang lewat mengajaknya berjalan.

Ternyata pria itu adalah Yesus dan Dia membawa Mack ke sebuah pondok gunung yang indah dan bertemu dengan ” Trinitas :” “Papa,” digambarkan sebagai wanita ibu (Octavia Spencer), Roh Kudus, digambarkan sebagai wanita misterius misterius bernama Sarayu dan Tuhan Yesus sendiri.

Sewaktu Mack tinggal disana, mereka menuntunnya dalam perjalanan iman dan pengampunan untuk melepaskan kepahitan yang sudah dialaminya.

Review Film The Shack

Keluarga tersebut mengalami kejadian yang cukup pahit dan membuat ayahnya untuk menjauh dari Tuhan karena anak kecilnya meninggal karena pembunuhan. Ayahnya mengalami sebuah frustasi karena Tuhan tidak menjawab doanya, hingga suatu ketika ia dipertemukan dengan Allah, Anak dan Roh Kudus kemudian sang Ayah sungguh marah besar kepada Allah karena menganggap Tuhan mengabaikan anaknya yang paling disayanginya meninggal.

Kemudian dari sisi lainnya sang Ayah diajarkan untuk mengenal lebih dalam bagaimana cara kerja Allah yang terutama sebuah kasih yang begitu besar yang belum dipahami sang Ayah. Dari pengalaman bersama Anak (Yesus) hingga Roh Kudus sedikit demi sedikit sang Ayah memahami sebuah kenyataan yang lebih indah daripada kepahitan yang dialaminya yaitu Kasih.

Trailer

Informasi

Film ini juga akan menggambarkan sebuah trinitas yang berdasarkan jenis kelamin, mungkin menurut pemahaman anda salah, tetapi saya rasa itu tidak menjadi masalah karena ini sebuah film dan yang saya tekankan bukanlah dari sisi kelamin wanita atau pria pada dasarnya kita tidak tahu hal-hal sorgawi, tetapi sebuah pengertian bahwa Tuhan bekerja melalui kasih dan bukan rancangan kecelakaan.

Tuhan Yesus Memberkati

Sumber : (Shandy/Kitaterang.com)

Berharganya kata Peduli

Peduli dengan sesama adalah memperhatikan dan memahami sesama manusia. Peduli terhadap sesama adalah hal manusiawi yang kini menjadi sikap langka yang harusnya di lestarikan. Di Era modern seperti ini masyarakat cenderung hidup individual terutama masyarakat di kota-kota besar. Hal ini di karenakan tuntutan hidup yang semakin tinggi dan Masyarakat berlomba – lomba untuk mengejar target agar hidupnya dapat lebih baik dari hidup orang lain.

Dapat diakui semangat dan daya juang tinggi untuk orang yang terdekat dan tersayang seperti keluarga. Di luar itu mereka tidak akan peduli. Niatnya mungkin baik, “Membahagiakan keluarga” tetapi kita hidup di dunia ini kan tidak selamanya dengan keluarga, tentu ada interaksi dengan masyarakat luar walaupun dalam pikiran kita mereka tidak berarti untuk kita.

Banyak dari mereka yang kurang peduli terhadap lingkungan dan mementingkan urusannya masing-masing. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial dalam masyarakat. Padahal kepedulian terhadap sesama akan memberikan dampak positif tak hanya untuk orang di sekitarnya namun juga untuk diri kita sendiri. Rasa peduli dapat digunakan sebagai alat pemersatu.

Permasalahan yang dihadapi orang lain dengan tujuan kebaikan, memberikan kenyamanan kepada orang lain, dan saling berbagi yang sebaiknya dilakukan dengan tulus, tidak memandang martabat, derajat dan memilih – milih siapa yang akan di bantu, karena pada dasarnya semua derajatnya sama di mata Sang Pencipta. Namun sayangnya tidak jarang dari kita yang dimintai tolong akan menolak untuk membantu dan tidak jarang juga kita menghindari, contohnya saja Calon-calon atau partai – partai yang hendak mencari nama di mata masyarakat. Mereka membantu rakyat demi memperoleh kemenangan dan berjanji akan membantu lebih maksimal setelah menang.

Kenyataanya setelah menang mereka lupa dengan janji – janji manis yang dilontarkan, bahkan rakyat kecil di pinggiran dan daerah terpencil nyaris tak tersentuh. Sungguh ironis yang benar – benar terjadi di negeri ini. Padahal dari mereka yang kotor dan tidak berpakaian rapi yang membuat mereka menjadi pejabat atau penguasa besar. Tidak heran di butakan oleh uang yang bertaburan, sehingga lupa akan janji-janji manis itu.

225-ilustrasi_meme_praktik_korupsi_

Ilustrasi : Meme praktik politik

 

Tak ada rasa peduli ka kamu ? Jangan munafik dalam selimut Agama saja. bila taat dengan selimut yang kamu kenakan buktikanlah itu ? dengan menjawab dan dengar beberapa keluh kesah mereka. jangan biarkan mereka menangis di bawa hujan dan panas pengharapan yang tak kunjung mereka dapati.

 

Contoh lain yang tak jauh dari diri kita yaitu diri kita sendiri yang sebenarnya juga kurang miliki sikap peduli. Hal kecil seperti membuang sampah di jalanan merupakan sikap ketidakpedulian terhadap sesama pengguna jalan dan petugas kebersihan jalan. Padahal Mudah untuk dilakukan, namun mungkin efek dari Jaman now makanya masih saja bawa gengsi dan ego ke mana-mana, itulah faktor kemunduran anak-anak muda jaman sekarang, bukannya lihat hal semacam itu sebagai hal kecil  yang mestinya di lakukan, malah anggap hal itu besar dan memalukan untuk di lakukan.

buang sampah sembarangan denda 30 juta garuttoleran

Ilustrasi : Rebanas.com

 

Manusia yang di ciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna harusnya memiliki sikap kepedulian yang paling tinggi kepada sesamanya dan lingkungan. Namun demikian meskipun manusia makhluk yang paling sempurna, manusia tetap tidak akan bisa hidup sendiri. Manusia memiliki rasa saling ketergantungan yang sebaiknya diimbangi dengan rasa peduli yang di wujudkan dalam aksi nyata, bukan sekedar berkata “aku peduli” dan manusia haruslah manusiawi.