Di balik Jalan

Malam panjang, ketemu pagi saya bangun dari tidur singkat. Di hari Jumat Akh, Saya yang sedari malam belum sempat tidur juga mengatur pertemuan itu, diajak jalan dari mama saya. Beliau berencana menjenguk istri dari paman saya, yang sedang sakit. Rumah mereka tidak jauh dari tempat kami tinggal persis depan Petrosea.

Sebelum kesana kami berdua melihat/mencari daun Mayana pada pinggiran jalan dan depan rumah warga. Kami memetik daun Mayana, Mayana adalah obat tradisional yang sering digunakan masyarakat.

Dalam perjalanan, sebelum mengendarai motor saya mengirim pesan pada orang yang ingin saya jumpai. Berharap semesta ada dijalan yang sedang saya tapaki.

Tak lupa kami singgah di warung kecil sekedar membeli roti buat sarapan pagi. Setelah itu, lanjut jalan menuju rumah (paman) keluarga mama saya. 

Setelah mama turun dari motor dan masuk, saya pamit sama keluarga paman, lalu jalan. Badan saya sangat lemas, tapi itu tidak membuat saya berhenti. Saya pun jalan dengan mengendarai motor dalam perjalanan perut saya pun merontak sepertinya minta amunisi. Tidak jauh dari itu, ada sebuah warung kecil SP2 bersebelahan dengan jalan menuju Stadion sepak bola, saya lalu memarkirkan motor dan masuk rencana memesan makanan.

Hai sapa saya pada seorang penjaga warung (bude) dan beberapa orang-orang dalam warung, kemudian saya memesan makanan. Awalnya saya kira harganya akan melambung. Eh tahu-tahu dugaan saya salah harga satu porsi masih normal. Makan dan habis, saya mengeluarkan sebatang rokok dan membakar isap. Saya meminta menambahkan air es pada bude lalu ia meresponnya dengan mengatakan ‘kamu kan sudah makan jadi sudah’ pikir saya kemudian oh ternyata hal ini yang membikin beda dari tempat saya tinggal di Nabire. Hanya untuk menyenangkan bude dan sembari komunikasi dengan orang yang sedang saya tunggu, saya lalu memesan kopi itam.

Saya membuka hape dan mulai membalas pesan yang belum sempat saya respon. Tidak tunggu lama kami saling berbicara via telepon dan mengatur jadwal untuk pertemuan di sore hari.

Selepas berkomunikasi, kecurigaan saya pun muncul bahwa bude tidak suka dengan kehadiran saya ia lalu menanyakan kepada saya ‘kamu masih lama ya, dengan raut wajah yang agak tidak suka, tanpa sadar dan melihat gelas kopi yang masih terisi penuh’, lanjutnya ‘orang lain juga mau makan’. Ehehe, padahal bangku-bangku belum terisi dan tidak ada orang yang sedang mengantri di depan hanya untuk masuk dan makan. Balas saya sambil menunjukkan tangan pada gelas kopi dan bilang dengan bahasa yang agak keras saya bilang ‘kan tidak ada orang lain kecuali saya, kalau ada pasti saya akan keluar lebih dulu dari tadi bude, lanjut lagi pula saya datang kesini untuk makan dan pasti bayar, kan saya pesan sebelum makan, saya sudah membayar too, lebih dulu.

Matahari diatas kepala, saya berdiri dan keluar dari warung itu, melanjutkan atau lebih tepatnya mencari tempat nongkrong yang lebih aman, nyaman tanpa beban walaupun tempat atau warung itu banyak pengunjungnya, hanya ingin membedakan cara pelayanan.

Di pusat kota. Persis depan Tjandra Medika hospital berdekatan dengan Mall Diana, terdapat tempat yang agak lumayan banyak pengunjungnya mereka berdagang es kepala, extra Joss dan lainnya. Setelah memesan Es kepala, saya kembali duduk lalu mengeluarkan hape dan membuka note/catatan untuk lanjut mengetik tulisan ini. Mumpung panas dan kejengkelan sedari tadi masih belum dingin.

Belum sampai lima menit saya ditelepon dari mama untuk menjemputnya. Kami berdua jalan, menuju suatu tempat yang jauh dari kota, persis dan nama tempatnya saya belum tahu, tapi disana adalah kandang tempat memelihara ayam joper. Lokasi dan kandang yang begitu besar dan luas membikin saya merenung. Milik salah satu aparat kepolisian di Timika.

Dalam perjalanan balik. Ada beberapa keresahan juga keinginan yang melilit pada pikiran mama saya itu pun langsung ia lampiaskan saat diatas motor. Berkoar-koar. Sepertinya, mendengarkannya adalah satu hal yang baik. Tidak hanya dengar saya pun berusaha mengalihkannya dengan membikin ia canda tawa. Hanya untuk meredam emosinya.

” Panas akrab dengan cemas, di tempat yang banyak Emas.

Awan cerah mulai kembali gelap. Hujan pun perlahan turun di sore hari dan kembali menutup kesempatan untuk berjumpa, derasnya hujan membikin tubuh ini hanyut dalam dunia sunyi yang tak disadari. Pertemuan pun ditunda, entah kapan.